Kerja Keras Penjual Rokok Keliling
Sejak tahun 1989 Suyadi mencari nafkah di jalan Malioboro. Berbagai hal buruk yang dialaminya tidak pernah mematahkan semangatnya. Dan kini mimpinya yang mungkin bagi sebagian orang sangatlah sederhana dapat terwujud. “Kalau untuk keluarga, apa saja yang bisa saya kerjakan pasti saya kerjakan”, ujarnya.
Suyadi tinggal sendiri di sebuah kamar kos di daerah Pingit. Ia meninggalkan keluarganya di Gunung Kidul untuk mencari nafkah di Jogja. Setiap hari pria yang kini berusia 69 tahun ini berjalan kaki dari kosnya ke jalan Malioboro untuk berjualan rokok keliling. Sekalian untuk mencari penghasilan awal. Suyadi berangkat bekerja dari jam setengah 6 pagi hingga jam 5 sore.
Dari 80 bungkus rokok yang ia bawa setiap harinya, bisa terjual 20 sampai 25 bungkus pada hari biasa. Tetapi bisa lebih banyak lagi pada hari libur.
Penghasilannya tidak tetap. Pada hari biasa biasanya ia dapat mengantongi uang hingga Rp.20.000,00 dan bisa mencapai Rp.50.000,00 saat hari libur. Namun ia selalu bersyukur karena hingga kini kebutuhan keluarganya dapat tercukupi.
Selama bekerja banyak hal yang telah dialaminya. Dari hal menyenangkan hingga yang terburuk.
Kisahnya berawal tahun 1989, ketika Suyadi berumur 19 tahun ia telah meninggalkan kampung halamannya di Gunung Kidul. Tanggung jawab yang dipikulnya sebagai anak laki-laki tertua membuatnya harus menghabiskan masa mudanya dengan bekerja. Apalagi saat itu orang tuanya yang telah lanjut usia sudah tidak dapat bekerja lagi. Keinginannya untuk mempersunting Yani sang kekasih makin membulatkan tekadnya untuk merantau.
Dengan modal seadanya ia merantau di kota Jogja. Awalnya Suyadi membuka warung angkringan di depan pasar Beringharjo. Setelah 5 tahun meninggalkan kampung halaman, akhirnya Suyadi dapat menikah dengan Yani. Dan setahun kemudian ia mendapatkan seorang Putra.
Kebakaran di pasar Beringharjo pada tahun 1998 mematikan usaha Suyadi. Warungnya habis terbakar. Musibah ini membuat Suyadi merasa sangat stress. Namun ia terus menghadapi cobaan yang dialaminya dengan tabah. Tanggung jawabnya terhadap istri dan anaknya yang masih kecil mengharuskan ia untuk kembali bekerja. Dan mimpi untuk menyekolahkan anak-nya-lah yang selalu memacu semangatnya.
“Sejak dulu saya selalu ingin menyekolahkan anak saya setinggi-tingginya. Semoga saja bisa sampai kuliah. Agar nanti hidupnya nggak susah kayak bapaknya ini”, ujar Suyadi.
Sisa tabungan yang masih dimilikinya, ia gunakan sebagai modal untuk berjualan rokok. Uang sebesar Rp.150.000,00 itu harus ia relakan agar dapat menghidupi keluarganya kembali. Sejak saat itu Suyadi bekerja sebagai penjual rokok keliling di sepanjang jalan Malioboro.
Kini anak Suyadi telah berusia 15 tahun. Jerih payah Suyadi selama ini tidak sia-sia. Karena anaknya cukup berprestasi di sekolah. Anak yang kini duduk di kelas tiga sekolah menengah pertama tersebut selalu membuat Suyadi dan istrinya bangga.
Setiap 10 hari sekali Suyadi biasanya pulang ke Gunung Kidul untuk menemui keluarganya. Orang tua beserta anak dan istrinya tinggal bersama disana.
Di kampungnya Suyadi cukup dikenal. Berkat bantuan Suyadi, tidak sedikit pumuda desanya yang kini telah bekerja di Jogja. Bahkan beberapa diantaranya kini dapat hidup dengan layak.
Semangat Suyadi yang pantang menyerah patut kita tiru. Tidak hanya berguna bagi dirinya sendiri, Suyadi dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Hingga kini Suyadi masih sering terlihat di sepanjang jalan Malioboro. (Stk)
Kinanti Sakti Setyawan
153070223
Selasa, 28 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar